Ode of Wanderer I

kolom sunyi kontemplasi

IMG_20140612_113204

To the soil which solidly humble;
Above your lovely surrender
I will walk and keep wander
leave my tread further

To the sun which shine brighter;
Beneath your light feather
Show me the path clearer
and make the way easier

To the wind which calmly blow;
Among your silent whisper
I will sing and hum softer
accompany my lonelier

To the stars which beautifully glow;
Beneath your peaceful splendor
I will bow and keep wander
follow your path flows

View original post

Movember

november bulannya untuk move on. mari kita move on anyway. banyak sekali yang harus saya move on kan dalam kehidupan saya. masalah hati, masalah hati, masalah hati, masalah hati, masalah keuangan.

sesulit apapun itu mari kita move on. karena sekarang adalah movember.

subuh

ujung jari mulai terkelupas

seperti buah pisang yang lepas kulitnya

belati tajam menyayat tanpa melewatkan satu pori

nikmat kurasakan

 

cairan hitam pekat mengucur deras

tinta hitam gambaran dosaku

mengalir melalui saluran pembuangan

 

tulang putih

kurasa dengan ini habis sudah dosaku

tangan, mata, hati, dan otak

belumlah tangan ini lelah menulis otak ini sudah lelah berpikir
belumlah mata ini lelah menatap otak ini sudah lelah berputar
hati ini mulai menyerah membujuk otak
“bekerjalah bekerjalah!” dzikirnya tak henti
namun lihat otak
apa yang dia lakukan?
menggelepar

arah jam dua pagi

arah jam dua pagi
seorang gadis mengenakan blus
berwarna jingga subuh
rambutnya berwarna jingga
menyala-nyala
kurasa terbuat dari api
matanya berwarna jingga
darinya meleleh lava dingin menyusuri batang hidung
tapi itu bukan maya setan yang membakar
itu sungguh menenangkan bahkan terasa segar dari sini
ia duduk di arah jam dua pagi
entah memang menatapku atau kelihatan sepeti menatapku
aku memaku ke arah jam dua belas tengah malam
tanpa berani menoleh sedetik saja
hanya ekor mataku berkali-kali mencuri lirik

tunggu sebentar
gadis jinggaku memakai jurus seribu bayangan!

 

payung dan sandal jepit

payung:
siapa yang tetap tegar walau ditampar ribuan panah air? aku. tak sesenti pun terkoyak. bagai tameng pelindung perang aku sangat berjasa. menangkal panas yang bisa saja menguar dari tubuh-tubuh rapuh.

sandal jepit:
siapa yang meski diinjak tetapi tetap dipuja? aku. tugas utamaku melindungi. apa saja. termasuk sepotong hati yang terendam rindu.

payung:
aku selalu diagungkan. buktinya orang-orang selalu meninggikanku melebihi kepala mereka. memang kepala siapa yang belum kubawahi? tak seorang pun.

sandal jepit:
siapa yang tidak membutuhkanku? tidak ada. mereka yang berkepala itu pasti pernah memakaiku. memang mereka pikir siapa yang tidak jijik dengan taik? selain aku. tak ada.

payung:
dua hal yang paling kucintai, terik dan hujan. mereka sangat bertolak belakang. ah masa bodoh. nyatanya mengadu domba memang mengasyikkan.

sandal jepit:
kupuja kaki seperti memuja tuhan yang maha memberi hidup. ajaib kaki bahkan merupakan tuhanku.

hujan memderas. fahira mempercepat langkah kakinya. menjepit lebih erat sandal jepit dengan jempol dan telunjuk kakinya. menggenggam lebih erat gagang payung merahnya. dia harus segera sampai jika tidak ingin telinganya jebol.

kalender:
aku hanya mengingatkanmu ini sudah sebelas juni. lalu kau tunggu apa lagi?

siapa sapardi?

pak sapardi,

saya tidak mengenal anda

tapi kalau hujan, saya kenal betul

saya sempat bertanya-tanya

apa hubungan ada dengan hujan?

andakah malaikat mika’il itu?

 

pak sapardi,

saya kira anda itu semacam

gentong raksasa yang bocor

dengan ribuan lubang kecil menganga

siapakah anda sebenarnya pak sapardi?

 

pak sapardi,

saya pernah mendengar

saya kira saya membaca

hujan dan juni telah menikah

benarkah itu?

tidakkah anda cemburu terhadap juni pak?

 

pak sapardi,

anda tahu

saya telah menyiapkan

tujuh payung dengan tujuh warna berbeda

ini juni pak

maka saya ingat

 

pak sapardi,

saya masih saja tidak mengenal

siapa anda

maukah anda memperkenalkan diri anda?